Langsung ke konten utama

Postingan

Rusia vs Ukraina: Dari Mitos Kekuatan Superpower ke Realitas Paper Tiger

Oleh Dennis Ramadhan Tak terasa sudah lebih dari tiga tahun sejak Putin menginstruksikan pasukannya untuk menduduki seluruh Ukraina dalam waktu tiga hari. Perang yang Putin harapkan bisa selesai dalam waktu 3 hari ternyata belum lekas selesai sampai sekarang. Rusia dulunya dikenal sebagai negara dengan pasukan militer nomor 2 terkuat di dunia setelah Amerika Serikat. Namun, setelah perang Rusia-Ukraina berlangsung, fakta menunjukkan hal yang berbeda. Militer Rusia tetap menjadi nomor 2, tetapi bukan di dunia, melainkan di Ukraina. Ini bukan candaan, tetapi fakta yang ada di lapangan. Sampai saat ini pun, Rusia belum mampu meraih superioritas udara di langit Ukraina. Justru kebanyakan jet tempur Rusia berhasil ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Ukraina. Hal ini sangat ironis mengingat Ukraina hanyalah negara dengan perlengkapan militer yang sudah tua karena menggunakan teknologi peninggalan Soviet. Anehnya, Rusia tidak mampu...
Postingan terbaru

Mengapa Serangan Pre-emptive NATO ke Rusia Bukan Ide yang Buruk

Oleh Dennis Ramadhan Perang antara Rusia dan Ukraina telah berlangsung selama lebih dari 3 tahun. Ratusan ribu orang telah menjadi korban dari keganasan perang yang tak berkesudahan ini. Presiden Donald Trump memang benar, perang ini seharusnya tidak pernah terjadi. Namun, akar penyebab dari perang ini tak lepas dari lemahnya respon Amerika dan Eropa terhadap agresi Rusia di masa lalu. Di tahun 2008, Rusia melakukan agresi militer terhadap Georgia, namun tidak ada respon yang diberikan. Kemudian di tahun 2014 ketika Rusia mencaplok Crimea dari Ukraina, lagi-lagi Eropa dan Amerika tidak melakukan tindakan apapun selain memberikan sanksi lemah yang tidak berpengaruh apapun terhadap Rusia. Pola seperti ini terus dilakukan oleh sekutu beberapa tahun belakangan sehingga Rusia mencium bau kelemahan dan ketakutan dari Amerika dan Eropa. Amerika dan Eropa mempunyai organisasi militer yang paling kuat di dunia yaitu NATO. NATO sebenarnya m...

7 Negara yang Pernah Jaya, Kini Hanya Tinggal Nama di Buku Sejarah

 Oleh Dennis Ramadhan “Tidak ada yang abadi di dunia ini,” setidaknya begitulah seorang bijak pernah berkata. Apa pun yang ada di dunia kita saat ini, suatu saat pasti akan sirna. Begitu pula halnya dengan negara. Beberapa negara di dunia kini hanya tinggal sejarah dan tak lagi meninggalkan jejak di peta modern. Bahkan negara yang dulu terkenal kuat dan jaya, yang menerbitkan paspor, mengirim duta besar ke PBB, lambat laun bisa lenyap dari muka bumi. Negara yang dulu eksis dan berjaya, kini terpuruk dalam kekacauan dan kemunduran hingga akhirnya bubar atau kehilangan fungsinya sebagai negara. Hancurnya atau gagalnya suatu negara tidak semata-mata disebabkan oleh kemiskinan atau perang saudara belaka. Ada banyak faktor yang meruntuhkan legitimasi pemerintah di mata rakyatnya, hingga akhirnya negara tersebut kolaps. Berikut adalah beberapa negara yang kini hilang ditelan masa. 1. Yugoslavia (1918–1991) Yugoslavia adalah ...

Konflik Perbatasan Thailand-Kamboja 2025 dan Ancaman bagi Stabilitas ASEAN

Oleh Dennis Ramadhan Thailand dan Kamboja kembali saling serang di sepanjang wilayah perbatasan antara kedua negara. Suara ledakan granat, peluru artileri hingga roket terdengar jelas. Kedua negara sebelumnya telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika. Namun kini perang kembali berkobar. Kamboja dan Thailand mengerahkan personel militer, tank dan artileri ke wilayah perbatasan kedua negara. Akar Utama Penyebab Konflik Konflik bersenjata di awal 2025 antara kedua negara tidak terjadi dengan tiba-tiba. Kedua negara selama puluhan tahun telah berulangkali terlibat dalam konflik. Perang antara Thailand dan Kamboja dipicu oleh sengketa wilayah yang telah berlangsung selama kurang lebih satu abad. Wilayah yang disengketakan ini berpusat pada Candi Preah Vihear (disebut Khao Phra Viharn di Thailand) serta beberapa wilayah perbatasan di sekitarnya. Ketidakjelasan pembagian wilayah di era kolonial Prancis me...

Kebangkitan Doktrin Monroe: AS Perluas Kehadiran Militer di Amerika Latin

Oleh Dennis Ramadhan Benua Amerika sedang tidak baik-baik saja. Akhir tahun 2025 menandai eskalasi militer di belahan selatan Benua Amerika. Amerika Serikat telah berulang kali melakukan serangan terhadap kapal-kapal yang diduga menyelundupkan obat-obatan terlarang (narkoba) ke sejumlah wilayah di Benua Amerika. Pada awal September 2025, Angkatan Laut Amerika Serikat telah menenggelamkan sebanyak 40 kapal di Laut Karibia. Sekitar 83 orang tewas dalam serangan terhadap kapal-kapal yang diduga membawa narkotika tersebut. Presiden Donald Trump mengonfirmasi bahwa pihaknya telah memberikan persetujuan kepada CIA untuk melakukan operasi rahasia di wilayah Venezuela. Tujuannya adalah untuk menyingkirkan rezim Maduro dari kepemimpinan Venezuela. Amerika Serikat telah mengerahkan aset militer terbesar dalam beberapa dekade terakhir ke wilayah Amerika Latin, meliputi: kapal induk USS Gerald R. Ford, pesawat bomber B-2, serta ribuan pas...

Ketika Amerika Lepas Tangan, Rusia Mengasah Pedang

Oleh Dennis Ramadhan Baru-baru ini Pentagon mengeluarkan pernyataan yang benar-benar mengejutkan: mulai tahun 2027, Eropa harus bertanggung jawab penuh atas keamanan kawasannya sendiri. Eropa tidak boleh lagi bergantung sepenuhnya kepada Amerika, terutama dalam kapabilitas militer konvensional seperti intelijen, sistem pertahanan udara, dan proyeksi kekuatan. Jika tuntutan ini tidak dipenuhi, Amerika Serikat akan menarik diri dari sebagian sistem koordinasi pertahanan NATO. Pentagon bahkan bersikeras memaksa setiap anggota NATO di Eropa menaikkan anggaran pertahanan menjadi minimal 5% dari GDP. Kebijakan “pria oren” ini kembali mengarah pada isolasionisme — dan itu sangat berbahaya. Pada 2027, ancaman bukan hanya datang dari Rusia yang semakin agresif, tetapi juga dari China yang semakin dekat dengan rencana invasi Taiwan. Pernyataan Pentagon ini tidak hanya membuat Eropa gelisah, tetapi juga seluruh dunia. Amerika, yang selama in...

Pengerahan 100 Kapal Perang Cina di Laut Kuning: Sinyal Agresi Menuju Invasi Taiwan 2027?

Oleh Dennis Ramadhan Awal bulan Desember menandai akhir dari tahun 2025. Namun, situasi di Asia Pasifik, khususnya di Asia bagian timur, masih sangat panas. Baru-baru ini dikabarkan bahwa Cina mengerahkan sebanyak kurang lebih 100 kapal perang ke wilayah Laut Kuning, tepatnya di area Laut Cina Timur. Tidak diketahui secara pasti apa motivasi Cina melakukan hal tersebut, namun pengamat berspekulasi bahwa Cina ingin menunjukkan kepada dunia kekuatan maritimnya. Angkatan Laut Cina (PLAN) diketahui memiliki sekitar 370 aset militer laut, meliputi kapal perang, kapal selam, dan aset maritim lainnya. Jumlah aset maritim ini melampaui yang dimiliki oleh Angkatan Laut Amerika Serikat dari segi kuantitas kapal. Pengerahan sebanyak 100 kapal perang Cina ke Laut Kuning ini cukup mengkhawatirkan negara-negara di kawasan regional. Tokyo, Taipei, dan Washington terus memonitor keadaan di Laut Kuning serta meningkatkan kesiapsiagaan terkait ...